YOEXPLORE, Liburan Keluarga – Sahabat explorer, bulan puasa tahun ini memang sedikit berbeda dari tahun-tahun yang sebelumnya. Biasanya, kita memang merayakan bulan suci ini dengan keramaian seperti buka bersama, Tarawih berjamaah di masjid, dan juga kegiatan beramal yang biasanya memenuhi hari-hari kita. Pandemi Covid-19 memang merubah semuanya, membuat semua kebiasaan menjadi menghilang begitu saja. Oleh karena itu, kita senantiasa mengikuti anjuran pemerintah dan makan makanan yang bergizi saat sahur dan berbuka. Berbicara soal makanan, tentu akan menjadi perhatian khusus bagi para penderita maag atau GERD. Lantas, apakah aman puasa bagi penderita GERD?
Puasa Bagi Penderita GERD
Tentunya, menjalankan puasa akan menjadi sebuah dilema bagi orang yang memiliki riwayat GERD atau maag. Ketakutannya ialah akan kambuhnya atau nyeri yang terasa selama berpuasa. Bingung jika kambuh saat sedang menjalani puasa atau ketika setelah berbuka puasa. Mengenai hal ini, Prof Dr dr Ari Fahrial Syam SpPD-KGEH menyebutkan bahwa justru pasien Maag atau GERD akan merasa lebih baik berkat menjalankan ibadah puasa pada bulan Ramadhan ini, sahabat explorer. Dokter Ari menegaskan bahwa puasa Ramadhan selama ini justru terbukti untuk memperbaiki keadaan maag seseorang. Ari menyebutkan hal tersebut berdasarkan dengan survei yang dilakukan terkait meningkatnya tren GERD pada masyarakat.
Pada saat berpuasa, dalam praktiknya yang dilakukan sehari-hari, banyak pasien yang sudah melaporkan bahwa keluhan pada GERD berkurang di minggu pertama. Berbagai macam keluhan yang biasa dirasakan oleh pasien adalah akibat dari telat makan, konsumsi makanan berlemak, camilan yang tidak sehat, makanan pedas dan asam, stres, merokok, dan juga minuman bersoda. Ada beberapa alasan yang disebutkan oleh dokter Ari mengapa banyak pasien GERD yang membaik saat bulan Ramadhan. Yang pertama adalah makannya menjadi teratur, yaitu pada saat sahur dan juga berbuka puasa saja. Kemudian karena mengurangi camilan-camilan yang tidak sehat yang biasa dikonsumsi pada siang hari. Mengurangi konsumsi rokok dan juga lebih bisa mengendalikan diri.
Ari melanjutkan, bahwa secara teori memang pasien GERD juga bisa berkurang keluhannya karena pola makan yang teratur tersebutlah yang dapat menyebabkan pasien dengan GERD tersebut bisa sembuh.
Baca Juga: Asam Lambung Sering Naik? Konsumsi Makanan dan Minuman Ini Ya!
Penelitian Terhadap Pasien
Empat tahun lalu, ada sebuah penelitian yang dilakukan dengan para peserta pendidikan dokter spesialis penyakit dalam di FKUI-RSCM, Dr Radhiyatam Mardhiyah. Beliau menemukan bahwa terdapat perubahan nilai GERD-q pada pasien yang menderita GERD saat berpuasa di bulan Ramadhan. Agar diketahui, GERD-q adalah sebuah parameter yang digunakan untuk menilai ringan atau buruknya penyakit GERD yang diderita oleh orang.
Penelitian yang dilakukan tersebut melibatkan setidaknya 130 pasien yang memiliki GERD. Pasien tersebut dibagi menjadi dua kelompok, yaitu kelompok GERD yang berpuasa Ramadhan dan juga kelompok GERD yang tidak melakukan puasa Ramadhan. Mayoritas dari penelitan tersebut adalah laki-laki dan usia rata-rata di kedua kelompok tersebut ialah 53 tahun. Penelitian ini diketahui memang tidak melibatkan para pasien wanita, sahabat explorer, terutama bagi mereka yang masih produktif atau yang sedang mengalami menstruasi agar dapat membandingkan hasil dengan lebih tepat.
Para pasien yang ikut dalam penelitian ini sudah melakukan endoskopi pada saluran pencernaan dan sebagian besar pasien memang menderita NERD. Apa itu NERD? Hal ini merupakan suatu kondisi penyakit GERD yang tidak disertai dengan luka pada klep diantara kerongkongan dan lambung. Para pasien yang menjadi relawan penelitian tersebut, ditindak dan juga diperiksa lagi pada minggu ke 4 Ramadhan dan juga tiga bulan setelah bulan Ramadhan. Hasilnya, kepada para pasien GERD yang melakukan puasa Ramadhan memiliki perubahan pada nilai GERD-q. Jumlah pasien yang memiliki perubahan tersebut mencapai 55 pasien atau sekitar 85% dari total. Bahkan, 23% perubahan GERD yang terjadi juga cukup signifikan.
Analisanya masih berlanjut, ditemukan bahwa jumlah konsumsi rokok pada pasien selama Ramadhan memang jauh lebih berkurang dibandingkan saat sedang tidak berpuasa. Pengaruh selisih waktu antara makan terakhir dengan waktu tidur tidak ditemukan pada kedua kelompok GERD yang berpuasa Ramadhan atau yang tidak berpuasa Ramadhan.
Kesimpulan Penelitian
Dokter Ari menjelaskan secara singkat hasil dari penelitian tersebut, bahwa perbedaan perbaikan secara klinis pasien GERD meyakinkan bahwa pasien dengan GERD diperbolehkan untuk puasa. Justru, puasa di bulan Ramadhan akan memperbaiki GERD-nya tersebut, sahabat explorer. Penelitian ini jelas menjadi angin segar bagi para penderita GERD. Dokter Ari selaku pembimbing dalam penelitian tersebut juga menyebutkan bahwa gejala yang diraskan pasien GERD pada saat berpuasa sangat ringan dibandingkan dengan tidak puasa.
Sahabat explorer, jadi dapat disimpulkan bahwa puasa bagi penderita GERD itu memang aman. Bagi kamu yang mengalaminya, sudah tidak perlu lagi untuk ragu berpuasa. Namun, jangan lupa juga jangan mengonsumsi makanan yang tinggi lemak, asam, pedas, atau camilan yang tidak sehat lainnya yang dapat memicu kambuhnya GERD.
Semoga artikel ini bermanfaat, tetap aman dengan #dirumahaja, dan stay safe, explorer!