YOEXPLORE.co.id – Pada tanggal 27 Juni 2018 kemarin, pemerintahan Bali resmi menutup sementara bandara internasional Ngurah Rai, Bali. Hal ini disebabkan kondisi Gunung Agung yang kembali erupsi dan mengeluarkan asap tebal di langit. Kondisi tersebut mengakibatkan beberapa penundaan dan bahkan pembatalan penerbangan untuk ke arah Bali ataupun sebaliknya. Asap tebal yang terpantau berada di kisaran 200m dari atas puncak gunung.
Namun, pada tanggal 29 Juni 2018, bandara sudah resmi beroperasi kembali. Seperti yang dilansir oleh BBC News Indonesia, bahwa keterangan dari pihak bandara mengatakan “Hasil Aerodrome Observation dalam bentuk paper test menunjukkan NIL (nol) adanya (kehadiran) vulcanic ash (debu gunung berapi) di area Bandara I Gusti Ngurah Rai Bali”, ujar humas PT Angkasa Pura I Gusti Ngurah Rai Bali, Arie Ahsan.
Hindari Aktifitas Di Kawasan Gunung Agung
Saat itu, aktivitas gunung Agung berada di level III (siaga) dan terdapat kepulan asap putih setinggi 1500 – 2000 meter dari bibir kawah gunung setinggi 3.142 meter di atas permukaan laut itu. Beberapa negara juga langsung mengeluarkan travel advice lantaran kejadian tersebut. Hingga saat ini, Gunung Agung kembali meletus pada pagi tadi (02/07/18) dan letusan tersebut terjadi hingga tiga kali. Letusan itu terjadi pada pukul 06:19 WITA, 06:41 WITA, dan 06:55 WITA dengan tinggi abu diperkirakan mencapai 2.000 meter di atas puncak kawah.
Kondisi ini jelas menunjukkan bahwa sebaiknya sahabat explorer menghindari dulu aktifitas-aktifitas di sekitaran gunung. Seperti pendakian, atau trekking di sekitaran kawasan Gunung Agung tersebut. Status Gunung Agung yang masih siaga tersebut masih memiliki ancaman sekunder seperti aliran lahar hujan yang sewaktu-waktu bisa terjadi terutama pada saat musim hujan. Apa lagi jika sisa-sisa bahan material erupsi tersebut masih berada di puncak gunung. Hal itu bisa membesarkan potensi untuk mengalirnya hujan lahar dari Gunung Agung.
Sejarah Erupsi Gunung Agung
Sebelum peristiwa erupsi ini, sesuai data historis, Gunung Agung telah mengalami empat kali erupsi pada tahun 1808, 1821, 1843 dan 1963. Sumber sejarah tambahan (Lontar Bali) menyebutkan bahwa Gunung Agung juga telah meletus pada Tahun 1711. Letusan Gunung Agung pada tahun 1963 terjadi untuk pertama kalinya pada 18 Februari 1963. Ledakan pertama tersebut menghasilkan semburan batu berbagai ukuran dan asap berwarna kehitaman.
Semburan berikutnya terjadi dua hari kemudian dengan adanya lemparan bola api diikuti dengan hujam lumpur di Besakih. Selain itu, hujan lahar pun terjadi di Tukad Daya dan menimpa beberapa desa. Puncak letusan Gunung Agung di tahun 1963 tersebut terjadi pada tanggal 17 Maret 1965 dan berlanjut terus selama satu tahun kemudian. Peristiwa ini menyebabkan jatuhnya korban sekitar 1.500 orang, hancurnya 1.700 rumah, dan hilangnya mata pencaharian dari 225.000 warga.
Nikmati Panorama Pantai Di Bali
Apakah Bali masih tetap aman untuk dikunjungi? Mungkin itu pertanyaan kalian yang memiliki rencana traveling ke Bali. Sesuai dengan himbuat pemerintah Bali, sahabat explorer tidak perlu kuatir karena kalian masih bisa mengunjungi destinasi wisata di Bali lainnya. Salah stunya, kalian masih tetap dapat mengunjungi desa wisata Ubud atau mengunjungi pantai-pantai dengan panorama yang indah seperti di Kuta, Seminyak, atau Jimbaran. Bali adalah surganya pantai, jadi kalian pasti tidak akan menyesal untuk mengunjungi pantai-pantai yang ada di Bali.
Hingga berita ini diturunkan, bandara Ngurah Rai Bali masih diperkirakan normal meski telah terjadi letusan pada pagi hari tadi. Lebih baik, sahabat explorer tetap waspada dan menghindari kegiatan di sekitaran Gunung Agung, terutama radius 4km dari kaki gunung ya. Sebab, dengan status yang masih siaga ini, banyak hal yang belum bisa diprediksi. Dengan demikian, demi keamanan kalian, lebih baik kalian hindari kawasan tersebut dan silahkan nikmati keindahan Pulau Bali dari sisi yang lain. Stay safe and have a good day, explorer!