Masuknya makanan khas Tiongkok dalam dokumen sejarah, budaya kuliner di Indonesia telah tercatat mulai lama. Bukan hanya Tiongkok, ada juga India, hingga Eropa yang sampai saat ini bahkan masih berkembang.
Setiap negara memiliki ciri khas kuliner masing-masing. Seperti Cina, negara dengan kebudayaan besar yang telah memberikan pengaruh terhadap kuliner yang ada di Indonesia. Selain itu, dalam konteks makanan, kehadiran orang-orang Tionghoa menjadikan khazanah kuliner Indonesia makin kaya.
Banyak sekali kuliner Indonesia populer yang hakikatnya merupakan pengaruh dari tradisi dapur Tionghoa. Pengaruh kuliner Tionghoa di Indonesia secara intensif barangkali dimulai sejak awal abad 15 seiring frekuensi migrasi yang meningkat, ditandai dengan komunitas Tionghoa, baik Hokkian, Hakka, ataupun Tiochiu. Namun proses penerimaan kuliner Tionghoa harus diakui telah berlangsung berabad-abad sebelumnya.
Baca juga: Panduan Lengkap 9 Tempat Menarik di Penang Untuk Wisata Keluarga
Tuliskan pengalaman perjalananmu di Yoexplore.co.id dan juga bagikan momen menariknya di IG @yoexplore. Kelola media sosialmu menggunakan sociosight.co.
Makanan Khas Tiongkok dalam Budaya Tionghoa di Indonesia
Budaya Tionghoa merupakan budaya yang paling tua dan kompleks di dunia. Warga negara keturunan Tionghoa, dapat ditemui hampir di semua kota di Indonesia. Karena orang Tionghoa sudah banyak tersebar di Indonesia, maka tidak heran kebudayaan Tionghoa banyak dikenal luas. Terlebih lagi, banyak klenteng yang dibangun di berbagai kota yang membuat semua lapisan masyarakat lama kelamaan mulai mengerti ritual dan budaya Tionghoa.
Budaya warga Tionghoa yang telah dikenal baik di Indonesia mencakup kuliner, kesenian, musik, alat musik, perayaan-perayaan, bahasa, dan pakaian. Seperti penjelasan di atas, makanan adalah hal yang menarik untuk dibahas terlebih makanan khas Tionghoa yang sudah banyak menjamur di lapisan masyarakat Indonesia dan sudah tersebar luas di Nusantara. Ada beberapa jenis makanan Tionghoa yang sangat familiar dan tersebar di berbagai tempat jajanan kuliner seperti Capcay, Siomay, Bakpao, Kwetiau dan masih banyak yang lainnya.
Fakta Menarik Tentang Makanan Khas Tiongkok di Indonesia
-
Table of Contents (Daftar Isi)
Sejarah Masuknya Budaya Tionghoa di Indonesia
Sejarah masuknya makanan Tiongkok ke Indonesia cukup panjang dan kompleks. Pada abad ke-7, para pedagang dari Tiongkok sudah mulai datang ke wilayah Nusantara untuk berdagang. Pada awalnya, mereka hanya membawa beberapa jenis rempah-rempah dan tekstil, namun seiring berjalannya waktu, mereka mulai membawa masakan Tiongkok yang kemudian diterima oleh masyarakat setempat.
Pada abad ke-16, saat pemerintahan Sultan Agung dari Mataram, masakan dari Tiongkok mulai lebih dikenal di wilayah Jawa. Pada saat itu, para pelaut dari Tiongkok yang berlabuh di pelabuhan-pelabuhan Jawa membawa masakan Tiongkok dan menjualnya kepada masyarakat setempat. Hal ini disebabkan oleh adanya kerjasama ekonomi antara Mataram dan Tiongkok yang cukup erat pada masa itu.
Pada abad ke-19, saat pemerintahan Hindia Belanda, makanan khas Tiongkok mulai lebih populer lagi di wilayah Nusantara. Para pelaut Tiongkok yang berlabuh di pelabuhan-pelabuhan Hindia Belanda membawa masakan Tiongkok dan menjualnya kepada masyarakat setempat.
Banyak juga imigran dari Tiongkok yang datang ke Hindia Belanda untuk bekerja dan membawa masakan Tiongkok mereka. Di beberapa kota besar seperti Jakarta, Surabaya, dan Medan, terdapat komunitas orang Tionghoa yang cukup besar dan menyediakan berbagai jenis masakan Tiongkok.
Makanan Khas Tiongkok, dan Kisah Kegigihan Orang Tionghoa
Orang Tionghoa terus berupaya mencari tanah harapan baru yang memungkinkan mereka mencari lahan nafkah baru yang lebih menjanjikan daripada di negeri leluhurnya. Sifat seperti ini merupakan bagian dari sifat pribadi orang Tionghoa yang cenderung memilih berniaga ke berbagai tempat di kawasan dunia ini. Jalur perdagangan yang dipilih sesuai dengan kondisi masa itu adalah melalui jalur laut.
Oleh karena itu, orang Tionghoa dikenal sebagai pelaut ulung yang masuk ke berbagai kawasan dengan tujuan untuk berdagang. Kedatangan etnis Tionghoa pada mulanya diduga karena imigran asal Tiongkok yang ingin memperbaiki perekonomian. Persebarannya pun lebih banyak jika dibandingkan bangsa lain yang masuk ke Indonesia.
Kegiatan perekonomian yang mereka lakukan utamanya adalah berdagang. Kemudian melalui kegiatan berdagang tersebut, orang-orang Tionghoa banyak mempengaruhi kuliner indonesia akibat adanya akulturasi budaya.
Saat ini, masakan khas Tiongkok sangat populer di Indonesia dan dapat ditemukan di seluruh penjuru negeri. Banyak restoran dan warung Tiongkok yang menyajikan berbagai jenis masakan Tiongkok, baik yang asli maupun yang diadaptasi dengan citarasa lokal. Beberapa jenis masakan khas Tiongkok yang populer di Indonesia antara lain Sate, Pempek, Mie Goreng, Nasi Goreng, Bakso, dan lain-lain.
Sebagai negara dengan jumlah penduduk Tionghoa yang cukup besar, masakan khas Tiongko kmenjadi salah satu bagian penting dari budaya makanan di Indonesia. Beberapa daerah di Indonesia juga memiliki masakan khas Tiongkok yang unik dan berbeda dengan masakan khas Tiongkok di daerah lainnya.
Makanan Khas Tiongkok Sebagai Bisnis
Selain itu, masakan khas Tiongkok juga memiliki peran penting dalam dunia bisnis di Indonesia. Banyak restoran dan warung Tiongkok yang berkembang di berbagai kota besar di Indonesia, yang menyediakan berbagai jenis masakan Tiongkok. Beberapa masakan khas Tiongkok juga dijual dalam bentuk frozen food atau makanan siap saji yang bisa dijual di pasar-pasar tradisional atau toko-toko kelontong.
Secara keseluruhan, masakan khas Tiongkok telah menjadi bagian penting dari budaya makanan di Indonesia. Hal ini dapat dilihat dari popularitas masakan khas Tiongkok yang tetap tinggi hingga saat ini dan diterima oleh berbagai kalangan masyarakat di Indonesia. Dengan adanya masakan khas Tiongkok yang diadaptasi dengan citarasa lokal, maka masakan khas Tiongkok menjadi salah satu budaya makanan yang unik dan kaya di Indonesia.
- Pengaruh Kuliner Tionghoa di Indonesia
Etnis Tionghoa tinggal di Indonesia sejak ratusan tahun yang silam. Leluhur orang Tionghoa-Indonesia bermigrasi secara bergelombang melalui kegiatan perniagaan. Kehadiran etnis Tionghoa ini kemudian membawa pengaruh baru pada berbagai aspek kehidupan, termasuk dalam hal budaya dan kuliner di Indonesia.
Jejak- jejak etnis Tionghoa di Indonesia sudah ada sejak awal Masehi. Selain membawa misi perdagangan dan agama, mereka juga membawa unsur budaya, kebiasaan, dan ragam kuliner ke Indonesia yang kemudian diadaptasikan dengan budaya dan kebiasaan masyarakat lokal setempat.
Dalam catatan prasasti Watukura (902 Masehi) yang berasal dari kerajaan Mataram Kuno, ditemukan skripsi yang berbunyi kata tauhu (bahasa Hokkian) yang sekarang dikenal dengan nama tahu. Temuan ini menjadi bukti pada masa itu sudah ada pengaruh kuliner peranakan Tionghoa.
Kata tauhu itu juga menunjukkan bahwa budidaya kedelai sudah dilakukan orang- orang Tionghoa di Pulau Jawa. Masyarakat Jawa juga menerima budaya kuliner paling awal yang dibawa oleh orang Tionghoa ini sebagaimana ditulis dalam prasasti Watukura. Pengaruh kuliner Tionghoa juga begitu lekat dalam hal bumbu masakan, misalnya kecap dan tauco. Lalu, mereka juga mengenalkan teknik mengolah masakan, seperti deep frying dan menumis. Bahkan, nama-nama makanan juga banyak pengaruhnya dari Tionghoa, seperti coudo, capcay, fuyunghai dan dimsum.
Etnis Tionghoa juga pandai beradaptasi dan ahli memasak ulung, termasuk menyesuaikan masakan dengan iklim dan kebiasaan masyarakat lokal yang bisa menerima pengaruh-pengaruh budaya asing, termasuk dari para pendatang. Ini terlihat dari bukti bagaimana kesan makanan-makanan Tionghoa yang awalnya haram karena menggunakan daging babi, bisa diterima dengan menggantinya dengan daging sapi dan ayam. Seperti bakpao dan bakpia yang istilah “bak” itu dikonotasikan dengan daging babi. Pada prosesnya, bakpao dan bakpia ini isiannya dimodifikasi dengan daging halal. Bentuk makanan bisa saja serupa, tetapi secara rasa tentu saja berbeda.
Proses akulturasi budaya kuliner juga dilihat dari bagaimana etnis Tionghoa di Indonesia begitu adaptif menambahkan rempah- rempah khas Indonesia ke dalam masakannya. Misalnya, untuk soto, mereka menggunakan rempah, seperti cengkeh, kapulaga, dan pala ke dalamnya. Dengan begitu, tercipta perbedaan dari segi rasa dengan masakan aslinya di Tiongkok. Cara itu menunjukkan proses adaptasi yang berlangsung secara baik dan damai, mengapa kuliner Tionghoa bisa diterima oleh lidah kita.
Meski demikian, pengaruh kuliner etnis Tionghoa di Indonesia tidak terlalu merata. Jika dilihat ke kawasan Timur Indonesia, semisal Papua, tidak terlalu banyak terpengaruh oleh kuliner Tionghoa. Sedangkan, Jawa dan Sumatra adalah yang banyak kantong-kantong pengaruh kulinernya, seperti bakpia di Yogyakarta. Di mana orang Tionghoa itu banyak berada, maka disitu jejak kulinernya bisa ditemukan. Jadi, banyak merata di berbagai kota dan daerah Indonesia. Cuma semakin ke kawasan timur tidak banyak seperti di kawasan barat Indonesia.
-
Asal Mula Dimsum di Indonesia
Dimsum merupakan makanan tradisional Tiongkok yang tidak asing lagi ditelinga kita. Makanan ini ternyata hadir sejak zaman Dinasti Han (206 SM – 220) loh, yang berarti saat ini usianya sudah ribuan tahun. Dimsum terbagi menjadi dua, yaitu dimsum goreng dan kukus. Untuk yang kukus biasanya disajikan dalam wadah bambu, dengan tujuan agar tetap hangat saat disantap.
Salah satu versi mengatakan bahwa dimsum pertama kali diciptakan oleh seorang tabib bernama Zhang Zhongjing pada zaman Dinasti Han Timur (25-220 M). Zhang Zhongjing menciptakan makanan kecil berisi ramuan obat untuk digunakan sebagai pengobatan.
Dimsum awalnya digunakan untuk mengobati penyakit dan memperkuat kesehatan, bukan sebagai hidangan makanan biasa. Namun, versi yang lebih umum diterima adalah bahwa dimsum berkembang menjadi hidangan khas saat Dinasti Tang (618-907 M). Dimsum pertama kali muncul sebagai hidangan di kedai teh di Guangzhou (Canton) dan disajikan sebagai camilan yang menyegarkan selama sesi teh sore.
Budaya tiongkok yang sudah banyak dikenali seperti seni bela diri wushu dan kaligrafi tiongkok yang indah, selain itu ada satu elemen budaya yang paling diminati dan berpengaruh yaitu kuliner khas tiongkok. seperti yang kita ketahui, kuliner merupakan salah satu bentuk warisan budaya yang mudah diterima dan diapresiasi.
Dimsum, awalnya berasal dari tiongkok dan menjadi makanan yang istimewa bagi komunitas tionghoa di indonesia, kini juga mulai masuk ke selera dari berbagai kalangan. Makanan khas tiongkok ini dulunya hanya dapat ditemui di restoran tiongkok kelas atas dan memiliki harga yang mahal, namun saat ini mulai banyak orang yang membuat dimsum yang menjadikan harganya terjangkau sehingga masyarakat luas dapat menikmati hidangan khas tiongkok tersebut, penjual dimsum mulai banyak dijumpai mulai dari mall hingga kios tepi jalan.
Apa Itu Dimsum ?
Dimsum merupakan istilah dari bahasa Kantonis yang memiliki arti ‘makanan kecil’, sedangkan dalam bahasa Mandarin disebut dianxin yang secara harfiah berarti ‘sedikit dari hati’ atau ‘menyentuh hatimu’. Sesuai dengan porsi per sajian yang kecil dan jumlahnya memang tidak banyak, hanya sekitar tiga hingga empat buah dalam satu piring atau wadah kukusan bambu.
Dalam bahasa Mandarin, dianxin dapat juga diartikan sebagai kudapan atau camilan. Sebab saat ini, dimsum justru lebih terkenal dibandingkan tradisi minum teh yam cha, maka sekarang banyak restoran yang menyajikan dimsum tanpa teh. Bahkan dimsum juga bisa kita nikmati sebagai hidangan utama yang membuat perut kenyang, tanpa ada makanan lain yang disajikan.
Dimsum adalah sebutan umum untuk berbagai jenis makanan kecil dan biasanya disajikan sebagai camilan atau makanan pembuka. Dimsum biasanya dihidangkan bermacam-macam, mulai dari dikukus, digoreng, hingga dipanggang.
Dalam budaya tiongkok, dimsum umumnya dinikmati sebagai bagian dari tradisi minum teh yang dikenal dengan Yum Cha, terutama pada wilayah kanton. Berbagai jenis dimsum disajikan dengan porsi yang kecil, sehingga seseorang dapat mencicipi banyak variasi dimsum dalam sekali makan.
Dikenal Sebagai Makanan Pendamping Minum Teh
Saat pertama diciptakan, dimsum adalah hidangan yang dimakan sebagai cemilan untuk minum teh. Kebiasaan minum teh ini biasanya dilakukan pada pagi hari, yang disebut “yam cha” atau menyeruput teh dalam bahasa Mandarin.
Tradisi minum teh ini berasal dari wisatawan dan pedagang yang melewati jalan sutra, yaitu jalur perdagangan yang menghubungkan negara di timur dan barat. Sebab banyak orang yang melalui jalur ini, maka didirikan kedai teh yang berfungsi sebagai tempat istirahat.
Kudapan ini berasal dari Jalur Sutra khususnya di bagian Asia Tengah, dimana pada zaman Dinasti Han merupakan rute perjalanan yang sering dilalui pedagang, buruh, dan petani. Orang-orang yang berlalu lalang membutuhkan tempat istirahat dan kemudian mampir sejenak ke kedai, untuk menikmati teh dan makanan ringan. Makanan ringan inilah yang sekarang kita kenal dengan dimsum dan kemudian muncul istilah yumcha yang berarti minum teh bersama sambil menyantap dimsum.
Kebiasaan makan dimsum ternyata pernah pudar sejenak, lho! Hal ini dikarenakan oleh salah satu tabib yang terkenal pada zaman itu, Hua Tuo mengatakan makan dimsum dapat menyebabkan kegemukan. Akan tetapi masyarakat Kanton di Tiongkok Selatan tidak memedulikan imbauan tersebut, malah menjadikan dimsum sebagai makanan tradisional untuk dinikmati dengan teh bersama teman-teman.
Dimsum biasanya disajikan dalam wadah yang terbuat dari bambu yang biasa disebut dengan steamer dan disertai dengan saus, saus tersebut juga biasanya bervariasi, mulai dari saus kecap, saus cabai, atau saus hoisin, yang akan menambah kenikmatan saat menyantap dimsum. dimsum memiliki tekstur yang lembut dan rasa yang unik dari setiap jenis dimsum yang menjadikan salah satu hidangan favorit di banyak tempat tidak hanya di indonesia, namun juga hingga seluruh dunia.
JENIS-JENIS DIMSUM
1. 烧麦 Shāo mài (Siomay)
Siu mai (dilafalkan “shoo-my”) adalah pangsit bundar berbentuk keranjang yang bagian atasnya terbuka. Siomay umumnya terbuat dari bungkusan tepung gandum tipis yang diisi dengan daging. Di Tiongkok, daging untuk isian siomay umumnya menggunakan daging babi dan udang. Namun di restoran Indonesia, daging babi biasanya diganti dengan daging ayam yang halal. Beberapa siomay juga disajikan dengan diberi taburan wortel dan telur ikan. Tak jarang ada juga siomay yang diberi taburan jamur dan keju.
2. 小笼包 Xiao Long Bao
Xiao long bao juga dikenal dengan sebutan pangsit sup. Namun walau disebut pangsit sup, xiao long bao sebetulnya tidak berisi sup. Isi xiao long bao adalah potongan daging baik itu daging babi, kepiting, ataupun udang. Xiao long bao juga dimasak dengan cara dikukus. Proses pengukusan dapat membuat kolagen dalam xiao long bao meleleh saat digigit, mengeluarkan kaldu yang gurih.
3. 虾饺 xia’jiao (Hakau)
Har gao atau hakau adalah pangsit berbentuk bulan sabit yang bungkusnya bening. Kulit hakau terbuat dari gandum dan tepung tapioka. Sementara, isinya biasanya memakai udang, lemak babi, dan rebung. Hakau dimasak dengan cara dikukus. Proses pengukusan yang tepat dapat membuat lemak babi dalam hakau mencair saat digigit.
4. 包子 Bao Zi (bakpao)
Masyarakat Indonesia mengenal bao zi dengan sebutan bakpao. Namun umumnya bao zi ukurannya lebih kecil daripada bakpao. Ada beberapa jenis bakpao yang populer di Tiongkok, seperti char siu bao yang berisi daging babi serta dou sha bao yang berisi pasta kacang merah manis.
5. 馒头 Mantou
Jika dilihat dari tampilan, mantau sama seperti bakpao. Namun mantau tidak diisi dengan daging ataupun isian lainnya. Mantau hanya roti biasa yang terbuat dari tepung terigu. Selain itu, penyajian mantau juga digoreng, tidak dikukus seperti bakpao. Namun beberapa keluarga Tionghoa, juga menyajikan mantau dengan cara dikukus.
6. Zheng Feng Zhua (Angsio ceker)
Walau bentuk dan bahannya jauh berbeda dengan dimsum kebanyakan, tetapi angsio ceker juga merupakan salah satu jenis dimsum. Angsio ceker dimasak dengan cara dikukus supaya rasa lebih manis, segar, dan lembut teksturnya.
7. 糯米鸡 Nuomiji (Lo Mai Gai)
Lo Mai Gai adalah salah satu jenis dimsum yang penyajiannya dengan dibungkus daun teratai. Isi hidangannya ialah nasi ketan, daging, dan sayuran. Lo mai gai adalah hidangan dim sum klasik yang berasal dari Provinsi Guangdong, Tiongkok. Nama lo mai gai secara harfiah berarti “ayam ketan”. Hidangan ini biasanya disajikan panas-panas dalam keranjang bambu kecil.
8. 春卷 Chun Juan (Spring roll atau lumpia)
Salah satu jenis dimsum goreng yang wajib dicoba ialah spring roll atau lumpia. Jenis dimsum goreng juga tak kalah populer dengan dimsum kukus. Spring roll biasanya disantap saat Tahun Baru Imlek. Bungkus tepungnya yang tipis membuat rasanya lebih gurih dan renyah. Dalam penyajiannya, spring roll umumnya disajikan dengan cocolan saus yang terbuat dari kecap Inggris.
Mengapa Dimsum di Indonesia Begitu Populer ?
Di Indonesia, dimsum sudah mulai beradaptasi dengan selera masyarakat indonesia, mulai dari kalangan anak mudah hingga orang dewasa. popularitasnya tak lepas dari beberapa faktor yang membuat masyarakat indonesia sangat menggemari dimsum.
-
Rasa dan tekstur yang bervariasi
Dimsum memiliki variasi dan tekstur yang beragam, yang sangat cocok dengan selera masyarakat indonesia yang gemar dengan makanan yang memiliki banyak variasi rasa dan tekstur. Beragamnya tekstur dimsum membuatnya digemari, mulai dari tekstur yang lembut seperti siomay (dumpling berisi daging atau seafood) hingga yang renyah seperti spring roll (lumpia). Dimsum juga cocok dinikmati sebagai camilan atau bahkan makanan utama, tergantung dari porsinya.
-
Harga yang terjangkau
Harga yang terjangkau juga menjadi alasan dibalik populernya dimsum di indonesia. Kita bisa menemui di banyak tempat dan berbagai pilihan dimsum dengan harga yang sesuai di kantong. Bahkan, banyak warung kaki lima hingga gerai menawarkan hidangan ini dengan harga yang bisa dikatakan relatif murah, namun dengan kualitas yang tidak kalah dengan restoran.
-
Rasa yang familiar
Bahan yang digunakan didalam dimsum sudah tidak asing lagi dengan lidah masyarakat indonesia. Bahan-bahan seperti daging ayam, udang, dan sayuran segar seringkali digunakan dalam masakan masyarakat Indonesia. Hal tersebut membuat dimsum mudah diterima karena banyak orang sudah terbiasa dengan bahan-bahan yang ada didalamnya.
Mari terus menjelajahi dunia kuliner yang penuh warna ini dan menghargai setiap warisan kuliner yang ada. Karena di setiap gigitan dimsum, tersimpan cerita dan tradisi yang berharga. Jangan lupa untuk mencoba varian dimsum lainnya ya sahabat explorer! Semoga artikel ini berguna dan sampai bertemu lagi di tulisan selanjutnya!