Aktivitas Wisata Destinasi Indonesia

10 Tarian Tradisional yang Membuat Pernikahan Semakin Mewah

Tarian Tradisional Pernikahan
Spread the love


Pernikahan adalah upacara perayaan ikatan janji nikah dua insan menjadi satu sebagai pasangan hidup. Kemewahan pesta pernikahan bukan hanya sebatas venue yang mampu menampung ribuan tamu, hidangan dengan puluhan jenis sajian makanan, sampai souvenir berupa smartphone terbaru atau potongan emas batang. Tarian tradisional mengandung value dan makna sakral yang mampu meningkatkan kemewahan suatu pesta pernikahan dari adat istiadat dan budaya. 

Berikut 10 Tarian Tradisional Yang Membuat Pernikahan Semakin Mewah:



Tari Pagar Pengantin (Sumatera Selatan)

Menari bukanlah sesuatu yang asing dalam upacara pernikahan adat Palembang. Tarian tradisional khas Palembang ini dibawakan oleh pengantin wanita sebagai simbol melepas masa lajang. Tari Pagar Pengantin menjadi tarian terakhirnya sebelum berubah menjadi seorang istri. Pengantin wanita akan menari di tengah nampan besar atau dulang dalam bahasa Palembang dengan disaksikan oleh pengantin pria. Dulang melambangkan ruang gerak istri yang sudah tidak luas lagi seperti waktu masih lajang. Gerakan lemah gemulai pengantin wanita pun selaras dengan para penari pengiring yang merupakan 3, 5 atau 7 orang saudara perempuannya. Saat menari diatas Dulang, jemarinya akan dipasangkan tanggai atau kuku palsu yang panjang terbuat dari lempengan tembaga.

Tarian Tradisional Pagar Pengantin

 sumber: For you – blogger

Tari Galombang Pasambahan (Sumatera Barat)

Tarian tradisional khas Minangkabau ini memadukan atraksi jurus silat minang Galombang dan tarian anggun Pasambahan. Tari Galombang Pasambahan bermakna menyongsong dan memberi penghormatan kepada kedua mempelai. Konon tarian ini menceritakan seorang pemuda yang telah menikah dan selalu dikawal oleh teman seperguruan silatnya menuju ke kampung halaman istrinya. Tarian ini biasanya dibawakan oleh laki-laki yang jumlahnya bisa sampai puluhan orang seakan-akan merupakan rombongan pengawal. Nama Galombang sendiri merupakan pengucapan kata gelombang dalam bahasa Minangkabau yang memiliki arti gerakan lincah tubuh para penari yang melakukan gerakan turun naik bagaikan gelombang laut.

Tarian Tradisional Galombang Pasambahan
sumber: Flickr

Tari Sirih Kuning (DKI Jakarta)

Tarian Tradisional Khas Betawi ini menggunakan sirih dare berwarna kuning sebagai properti pendukung tarian. Tari Sirih Kuning dibawakan oleh sepasang penari wanita dan penari pria. Sirih dare akan diberikan kepada pengantin pria oleh penari. Sirih dare yang berjumlah tujuh lembar di kanan dan tujuh lembar di kiri. Lalu semuanya dilipat membentuk bungkusan kerucut terbalik dan diberi sekuntum mawar merah serta lembaran uang dengan nilai nominal tertinggi ditengahnya. Kemudian bungkusan ini dimasukkan lagi ke dalam pembungkus dari karton berbentuk segitiga yang dilapisi kertas warna kuning keemasan. Selanjutnya pengantin pria akan memberikan sirih dare ini kepada pengantin wanita sebagai persembahan untuk mengajak duduk bersanding serta sebagai simbol cinta kasih dari seorang suami terhadap istri. Gerakan dalam tarian ini merupakan kombinasi dari Tari Cokek yang juga merupakan tarian tradisional Betawi.

Tarian Tradisional Sirih Kuning
sumber: arnellis – WordPress, Gramho

Tari Burung Merak (Jawa Barat)

Kesenian Jawa Barat sangatlah kental budayanya, selain terkenal akan seni musik, tarian ini juga merupakan bagian dari kesenian Sunda. Tarian tradisional khas Sunda yang satu ini sering ditampilkan dalam upacara pernikahan Jawa Barat. Tarian ini dibawakan oleh penari wanita sebagai burung merak jantan yang memamerkan bulu indahnya untuk menarik perhatian betina. Tari Burung Merak dilakukan untuk mengiringi prosesi kirab pengantin ke altar.

 Tarian Tradisional Burung Merak
sumber: Pesona Indonesia

Tari Gambyong Pareanom (Jawa Tengah)

Tarian khas kerajaan ditampilkan dalam pernikahanmu? Sounds good! Tarian tradisional khas Jawa Tengah ini telah menjadi tradisi budaya khususnya dalam pernikahan kerajaan atau keraton. Tari Gambyong Pareanom awalnya digunakan dalam upacara ritual pertanian untuk kesuburan yang melimpah. Pakaian yang digunakan penari bernuansa kuning sebagai simbol kemakmuran dan hijau sebagai simbol kesuburan. Namun kini tarian yang terdiri atas tiga (awal, isi, akhir) bagian ini ditampilkan untuk memeriahkan pesta pernikahan serta menyambut tamu kehormatan.

 Tarian Tradisional Gambyong Pareanom

sumber: Dinas Pariwisata Solo

Tari Bedhaya Manten (Daerah Istimewa Yogyakarta)

Tarian tradisional khas Yogyakarta ini merupakan buah karya dari Sultan Hamengkubuwono IX. Tari Bedhaya Manten dibawakan oleh 2 orang penari yang berperan sebagai pasangan yang sedang menjalankan prosesi panggih. Panggih merupakan momen sakral bertemunya kedua pengantin untuk pertama kalinya sebagai sepasang suami-istri. Tarian ini juga diiringi 4 orang penari serimpi yang melambangkan empat unsur bumi yaitu api, air, udara, dan tanah. Tari Bedhaya Manten memiliki tingkat kesakralan yang tinggi, sehingga para penarinya wajib masih “gadis”.

Tarian Tradisional Bedhaya Manten
sumber: Twitter

Tari Balean Dadas (Kalimantan Timur)

Tarian tradisional khas Balean ini merupakan tarian sakral suku Dayak Ma’anyan. Tari Balean Dadas dibawakan oleh penari wanita yang disebut Wadian Dadas. Tarian ini menyimbolkan seekor Wurung Jue, yaitu burung cantik yang membawakan pasangan pengantin bagi laki-laki. 

Tarian Tradisional Balean Dadas
sumber: Pesona Indonesia

Tari Molapi Saronde (Sulawesi Utara)

Tarian Tradisional Khas Gorontalo ini dibawakan oleh pengantin pria dan ayah atau walinya dengan menggunakan selendang secara bergantian. Tari Molapi Saronde berisikan panjatan doa-doa yang baik untuk rumah tangga mereka. Tarian ini juga menyimbolkan perpisahan pengantin pria dengan sahabat-sahabatnya yang masih lajang sebelum menjadi seorang suami. Namun demikian, dalam adat pernikahan Gorontalo, pengantin pria menarikan tarian Saronde bukan pada hari pernikahan, melainkan setelah proses penyerahan barang hantaran (seserahan).

 Tarian Tradisional Molapi Saronde

sumber: InfoPublik

Tari Tidi Daa atau Tidi Loilodiya (Sulawesi Utara)

Masih berhubungan dengan Tarian tradisional Molape Saronde, ada tarian balasannya. Tarian tradisional khas Gorontalo ini merupakan tarian yang dibawakan pengantin wanita pada hari pernikahan bersama pendamping wanita kepercayaan atau keluarga dekat yang sudah menikah. Tari Tidi Daa atau Tidi Loilodiya melambangkan kesiapan istri dalam memasuki rumah tangga dan melewati segala kesulitan. Pengantin wanita menari di atas pelaminan dengan memegang pedang Polopolo. Sementara itu, pengantin pria duduk di pelaminan memainkan rebana sambil menyaksikan ritual tari pengantin istrinya. Ini melambangkan bagaimana seorang kepala keluarga harus bisa membimbing istri dalam segala tindakan.

Tarian Tradisional Tidi Daa Tidi Loilodiya 

sumber: Youtube

Tari Cungka (Sulawesi Tenggara)

Tarian tradisional khas Buton ini merupakan tarian milik suku Cia-Cia yang telah ada sebelum datangnya agama ke pulau tersebut. Tari Cungka dibawakan oleh penari pria terlebih dahulu sebagai simbol proses terjadinya manusia dari roh menjadi segumpal air. Kemudian dilanjutkan oleh penari wanita sebagai simbol perjalanan manusia dalam kandungan, yaitu dari air menjadi segumpal darah. Tari Cungka bersambung ke Tari Ngibi yaitu dibawakan secara berpasangan dengan makna kegembiraan karena dari segumpal darah menjadi daging dan tulang. Lalu diakhiri dengan tarian oleh kedua mempelai bersama keluarga sebagai simbol proses menjadi insan manusia sepenuhnya.

Tarian Tradisional Cungka
sumber: Tribun Medan

 

Dengan menampilkan Tarian Tradisional dalam suatu upacara pernikahan, kita bisa ikut membantu pelestarian budaya lho, sahabat explorer. Selain itu, tentu menampilkan tari tradisional dalam acara sekali seumur hidup ini menjadi bentuk kebanggaan akan suku kita. Bahkan, jika diinginkan, tidak menutup kemungkinan untuk menggunakan tari tradisional suatu daerah walau bukan berasal dari daerah tersebut. Dari 10 tarian tradisional di atas, mana yang paling menarik menurutmu, sahabat explorer?

Tentang penulis

Marisa

Marisa

Saya adalah kontributor untuk majalah YOEXPLORE, seorang hospitality enthusiast yang menyukai seni musik.

Subscribe
Notify of
guest
0 Comments
Inline Feedbacks
View all comments

0
Would love your thoughts, please comment.x
()
x