Panduan Liburan di Bali – Sahabat explorer pernah dengar Desa Pengotan? Memang sudah bukan rahasia umum lagi kalau Bali adalah pulau dengan beragam objek wisata yang bisa dikunjungi. Selain kemewahan dari adat istiadat, kesenian, dan budayanya, panorama indah pantai dan gunung pun juga tersedia di Bali.
Sebagai destinasi paling sering dituju baik oleh turis lokal ataupun mancanegara, Bali seakan-akan tidak pernah berhenti memberikan nuansa dan obyek wisata baru yang unik dan tentunya berbeda dari yang lainnya. Buat sahabat explorer yang sedang pergi ke Bali, cobalah untuk menyempatkan diri dengan mampir ke desa yang satu ini, yaitu Desa Pengotan. Desa ini memang layak untuk dikunjungi karena termasuk salah satu Desa Bali Kuno atau Desa Bali Aga.
Penduduk Asli Bali
Masyarakat dari desa ini merupakan penduduk asli dari Bali. Hanya orang-orang yang terpilih saja nih sahabat explorer yang mempunyai hak untuk mengatur tatanan adat desa tersebut. Desa ini berjarak sekitar 50 km dari kota Denpasar dan bisa ditempuh hanya 1,5 jam dengan mobil. Warga dari Desa Pengotan ini memiliki tatanan rumah yang cukup unik. Mereka menganut tatanan rumah Jajar Wayang, tatanan rumah yang berjejer seperti wayang dari Hulu ke Hilir. Dari berbagai macam tatanan adat inilah muncul banyak sekali beragam kebudayaan dan ritual yang unik dari penduduk asli Desa Pengotan ini.
Bila berkeliling di desa ini, kita akan diantar pada sebuah jalan yang sangat lurus dan berujung pada Pura Penataran Agung. Di sekitarnya, terdapat rumah yang bangunannya menyerupai benteng-benteng kecil. Lalu, kita akan menemukan satu rumah dengan pekarangan yang luas yang ditempati oleh sekeluarga besar.
(image source : 17sekians)
Desa Pengotan memiliki sebuah simbol yang dipercaya sebagai Dewa bagi para warga Pengotan, yaitu Barong Kepet. Tapi Barong tersebut tidak bisa sembarangan dilihat ya sahabat explorer. Hanya dapat kita lihat saat sedang ada upacara ritual yang jadwalnya sendiri tidak menentu. Menurut pengurus adat di Desa Pengotan, ritual yang dilakukan disesuaikan dengan penanggalan Bali. Ada salah satu ritual unik yang nanti akan kita bahas di paragraf yang lain ya sahabat explorer, sabar-sabar dulu :D.
Fungsi Rumah Adat
Desa ini merupakan kawasan rumah leluhur masyarakat Pengotan. Setiap keluarga memiliki sepasang rumah leluhur yang posisinya itu saling berhadapan yang mereka sebut sebagai Bale dan Meten. Kedua rumah ini memiliki fungsi yang berbeda. Rumah Bale berfungsi sebagai tempat untuk menaruh Sajian, sedangkan rumah Meten berfungsi sebagai dapur. Kedua bale tersebut berfungsi saat sedang menggelar acara keagamaan dan adat di Desa Pengotan ini. Jadi, kalau kita lihat desa ini sangat sepi, itu karena para warga lebih memilih untuk membuat rumah dan tinggal di dekat ladang mereka. Unik kan sahabat explorer?
Desanya saja sudah unik dan menarik, apalagi dengan ritualnya nih sahabat explorer. Ada salah satu ritual yang sangat unik dan paling ditunggu-tunggu, yaitu Nganten (nikah) Massal yang sudah berlangsung kurang lebih 3 abad yang lalu! Dengan diantar oleh saudara dan keluarga dekat lainnya, satu per satu pasangan pengantin tersebut bergegas masuk menuju Pura Penataran Agung. Pada bagian sisi di Pura ini, para pasangan pengantin ini berbaris untuk mengikuti rangkaian Nganten Massal tersebut.
(image source : suaradewata)
Upacara Nganten Massal Desa Pengotan
Upacara ini dilakukan dua kali dalam setahun. Biasanya, upacara Nganten Massal dilakukan pada bulan keempat dan bulan kesepuluh. Pastinya ini akan sangat ramai nih sahabat explorer, karena biasanya pernikahan ini kurang lebih diikuti sekitar 70 pasangan. Prosesi ini memakan waktu dan dana yang lumayan banyak sahabat explorer, karena setiap pasangan diharuskan untuk memotong minimal 1 sapi. Tradisi ini masih berlanjut hingga sekarang loh, hebat banget ya! Memang warga Desa Pengotan ini sangat menghargai dan melestarikan budaya dari leluhurnya ya. Sangat luar biasa!
Selain keunikan dari ritual, adat dan desa tersebut, kita juga bisa menikmati menginap di tenda di wilayah Baliwoso Desa Pengotan, yang merupakan wilayah dataran tinggi di desa tersebut. Pokokmya, kita tidak akan menyesal apabila datang ke desa ini. Menjadi alternatif yang bagus bagi kita yang ingin mencari suasana lain di daerah Bali. Desa ini juga sudah sering dikunjungi oleh turis mancanegara loh, yuk kita jangan mau kalah dengan mereka.