Leadership Camp di SLC berbicara tentang bagaimana manusia bertanggung jawab dengan alam. Tantangan kita sebagai manusia adalah bagaimana menjadikan perjalanan tidak hanya tentang mengambil. Hal yang terpenti adalah tentang memberi dampak positif, baik pada lingkungan maupun masyarakat lokal.
Di balik gemerlap destinasi wisata populer di Asia, sesekali kita menemukan pengalaman perjalanan yang dirancang secara unik untuk menggabungkan eksplorasi alam dengan pengembangan diri. Salah satunya adalah kegiatan pelatihan kepemimpinan yang dipusatkan di ruang terbuka hijau.
Baru-baru ini kegitan eksplorasi alam dilakukan oleh Sekolah Tinggi Ilmu Manajemen (STIM) Sukma Medan. Demi membentuk pemimpin yang berkarakter bukan hanya memanfaatkan alam tapi berterima kasih pada alam.
Melampaui Batasan Diri di Kaki Bukit Deli Serdang melalui Leadership Camp

Gambar dokumen pribadi
Pada tanggal 22–23 November 2025, suasana alami yang sejuk dan asri di Taman Alamta Jaya, Pancur Batu, Deli Serdang, Sumatera Utara, Sukma Leadership Camp (SLC) Tahun 2025 dilaksanakan. Bukan sekadar outbound biasa, melainkan sebuah inisiatif wisata berkelanjutan dalam konteks pendidikan.Â
Tujuan outbound ini mencetak pemimpin berkarakter melalui interaksi langsung dengan alam. Sehingga para pemimpin masa depan bisa lebih dekat dan menghargai alam. Selama dua hari perjalananmu menjadi sangat berkesan.Â
Pancur Batu, yang terletak tidak jauh dari hiruk pikuk Kota Medan, menawarkan lanskap perbukitan yang ideal untuk kegiatan outbound. Lingkungan yang jauh dari kebisingan kota ini secara sengaja dipilih untuk memaksa para peserta keluar dari zona nyaman digital dan terhubung kembali dengan lingkungan sekitar.
Kegiatan ini secara resmi dibuka oleh Ketua Steering Comite (SC), Roni Parlindungan Sipahutar, S.E., M.M., dan dipandu oleh tim profesional, Debariz Outbond Team. Inti dari kegiatan ini adalah serangkaian simulasi dan permainan luar ruangan yang dirancang untuk menguji dan memperkuat soft skills.
Soft skill yang dimaksud adalah mulai dari komunikasi efektif, pemecahan masalah ( problem-solving), hingga pengambilan keputusan di bawah tekanan. Semuanya dibalut sedemikian menyenangkan untuk peserta dalam dua hari. Bersama alam tentu saja semuanya menjadi lebih menyenangkan.
Baca juga: 10 Rekomendasi Wisata Jawa Timur: Alam, Pantai, dan Pegunungan Terfavorit
Aktivitas Wisata yang Membawa Dampak Positif dengan Leadership Camp

Dalam konteks guest post di YOEXPLORE, kegiatan seperti Leadership Camp SLC ini sangat relevan dengan kategori Aktivitas Wisata dan Wisata Berkelanjutan. Mengapa?
1. Pemberdayaan Lokal: Kegiatan pelatihan besar yang dilakukan di area seperti Taman Alamta Jaya, secara langsung memberikan dorongan ekonomi bagi masyarakat setempat. Mulai dari penyewaan lokasi, kebutuhan logistik, hingga penggunaan jasa tim outbound lokal, hal ini merupakan contoh nyata bagaimana traveling atau kunjungan kelompok dapat menjadi mesin penggerak perekonomian desa/daerah.
2. Apresiasi Lingkungan: Kegiatan outdoor yang intensif di alam terbuka secara tidak langsung menanamkan rasa hormat dan kepedulian terhadap lingkungan pada diri peserta. Ketika peserta harus bekerja sama untuk mengatasi tantangan yang menggunakan elemen-elemen alam (tanah, air, udara, dan tumbuhan) sebagai media, mereka akan lebih menghargai pentingnya menjaga kelestarian lingkungan tersebut. Mereka belajar memimpin tanpa merusak. Prinsip “Tinggalkan Hanya Jejak Kaki, Ambil Hanya Gambar” menjadi relevan dalam setiap aktivitas kelompok yang mereka jalani.
3. Pengembangan Karakter Berkelanjutan: Kepemimpinan yang baik haruslah berkelanjutan. Dengan fokus pada pengembangan karakter, kegiatan ini mencetak individu yang tidak hanya cerdas secara akademis, tetapi juga memiliki integritas, tanggung jawab, dan kesadaran sosial-lingkungan. Karakter-karakter inilah yang pada akhirnya akan menjadi agen perubahan positif di masyarakat.
Salah satu sesi yang paling berkesan adalah Ice Breaking yang dilakukan segera setelah pembukaan. Di bawah arahan Debariz Outbond Team, sesi ini memanfaatkan gerakan tubuh, komunikasi non-verbal, dan interaksi kelompok yang cepat dan dinamis. Tujuannya adalah meruntuhkan sekat-sekat antar individu dan membangun rasa saling percaya—pondasi utama dalam setiap tim yang sukses.
> “Aktivitas di luar ruangan memberikan pelajaran yang tidak bisa didapatkan di kelas. Di sini, kegagalan tim adalah kegagalan bersama, dan penyelesaian masalah harus dilakukan secara kolektif,” ujar Roni Parlindungan Sipahutar, Ketua SC.
Rencana Perjalanan (Itinerary) Leadership Camp

Gambar dari Dokumentasi Pribadi
Meskipun Leadership Camp SLC 2025 adalah kegiatan wajib bagi mahasiswa STIM Sukma, jadwal acara yang disusun menunjukkan perencanaan yang matang, mirip dengan sebuah Itinerary perjalanan yang terstruktur:
- Â Awal Perjalanan (06:00 WIB): Kumpul di kampus, sarapan, dan mobilisasi.
- Transisi (07:00–08:30 WIB): Perjalanan menuju lokasi di Taman Alamta Jaya. Ini adalah waktu bagi peserta untuk mulai ‘melepaskan’ rutinitas kota.
- Pembukaan & Pengondisian (08:30 WIB ke atas): Upacara, penyerahan peserta, Ice Breaking, dan pembagian kelompok. Ini adalah fase di mana peserta mulai beradaptasi dengan lingkungan baru dan tim mereka.
- Inti Aktivitas (2 hari penuh): Sesi Leadership Training yang didominasi oleh high impact games dan simulasi di luar ruangan.
- Struktur seperti ini memastikan bahwa energi, fokus, dan tujuan kegiatan tercapai secara optimal. Keberhasilan acara ini, yang diselenggarakan berdasarkan Surat Keputusan Ketua STIM Sukma Nomor: E/045/STIM-S/XI/2025, menunjukkan komitmen institusi untuk memberikan pengalaman pendidikan yang holistik.
Sebuah Pelajaran untuk Traveler Asia

ilustrasi wisatawan berfoto menuju bromo
Pengalaman dari Sukma Leadership Camp di Pancur Batu ini dapat menjadi inspirasi bagi kita semua, para penggemar traveling dan eksplorasi Asia. Travel bukan hanya tentang menikmati keindahan, tetapi juga tentang memberikan kontribusi.
Ketika Anda merencanakan perjalanan berikutnya, pertimbangkan untuk memasukkan elemen Wisata Berkelanjutan atau Aktivitas Wisata yang berdampak:
- Pilih Akomodasi Lokal: Menginap di homestay yang dikelola masyarakat lokal daripada rantai hotel besar.
- Dukung Pelatihan Komunitas: Mengikuti workshop atau pelatihan singkat yang diselenggarakan oleh komunitas lokal, seperti kelas memasak tradisional, menenun, atau kerajinan tangan.
- Partisipasi Aktif: Bergabunglah dengan kegiatan relawan lingkungan (penanaman pohon, bersih pantai) sebagai bagian dari itinerary Anda.
Intinya, mari kita jadikan setiap jejak yang kita tinggalkan di Asia sebagai jejak yang positif. Melalui petualangan yang bertanggung jawab, kita tidak hanya menemukan keindahan baru di luar sana, tetapi juga kualitas kepemimpinan dan karakter yang lebih kuat di dalam diri kita.
Bagikan Pengalaman Anda
Apakah Anda memiliki cerita traveling yang berdampak positif dan ingin membagikannya? Atau, apakah Anda pernah mengikuti pelatihan luar ruangan yang mengubah perspektif Anda tentang alam?
Sampaikan kisah Anda dan bagikan dalam media sosial serta jangan lupa tag instagram @yoexplore dan jadwalkan bersama sociosight.co.Untuk melihat aktivitas saya sebagai penulis dan dosen, Anda bisa kunjungi @sukma_medan1st

