Berita & Acara Destinasi Indonesia

5 Fakta Sejarah Anak Gunung Krakatau

sejarah anak gunung krakatau - yoexplore, liburan keluarga - yoexplore.co.id
image source: republika
Spread the love


YOEXPLORE, Tour Operator – Sahabat explorer, kawasan Anak Gunung Krakatau yang menjadi destinasi petualangan seru untuk hiking dan camping ternyata menyimpan perjalanan sejarah yang tak kalah serunya, loh. Setidaknya ada 5 fakta sejarah Anak Gunung Krakatau yang perlu kamu ketahui sebelum melakukan petualangan di kawasan ini.

5 Fakta Sejarah Anak Gunung Krakatau

Sahabat explorer, seperti yang kita ketahui beberapa waktu lalu terjadi tsunami di wilayah Anyer dan sekitarnya, bahkan sampai ke Lampung. Lokasinya memang berdekatan dengan Gunung Krakatau. Bahkan, masih dalam kurun waktu yang tidak lama setelah tsunami, kita juga dihebohkan dengan berita aktifnya lagi Gunung Krakatau beberapa waktu yang lalu, sahabat explorer.

Namun demikian, jika kita melihat lagi ke masa lalu, maka gunung yang satu ini memang pernah mencatatkan erupsi terbesar yang pernah ada di Indonesia. Pada akhirnya, erupsi tersebut juga menciptakan lagi sebuah anak gunung yang disebut Anak Gunung Krakatau. Sejarah Anak Gunung Krakatau itu sendiri juga panjang, sahabat explorer. Berikut 5 fakta sejarah Anak Gunung Krakatau.



Fakta-1: Gunung Krakatau Terletak di antara Pulau Jawa dan Sumatera

Sejarah Anak Gunung Krakatau dimulai dari kisah letusan maha dasyat Krakatau pada tahun 1883.

Dari sisi geografis, Gunung Krakatau, terletak di Selat Sunda, antara pulau Jawa dan Sumatra. Pada saat letusannya yang terkenal pada tahun 1883, wilayah tersebut merupakan bagian dari Hindia Belanda; sekarang menjadi bagian dari Indonesia.

Bila dilihat dari sisi geologis, Krakatau terletak di sepanjang pertemuan lempeng tektonik India-Australia dan Eurasia, zona aktivitas vulkanik dan seismik yang tinggi.

Dilansir dari britannica.com, diperkirakan sekitar satu juta tahun yang lalu, terjadi aktivitas gunung berapi membangun gunung berbentuk kerucut yang terdiri dari aliran batuan vulkanik bergantian dengan lapisan abu dan abu. Dari dasarnya, 1.000 kaki (300 meter) di bawah permukaan laut, kerucut diproyeksikan sekitar 6.000 kaki (1.800 meter) di atas laut.

Kemudian, sekitar tahun 416 M, puncak gunung itu hancur, membentuk kaldera, atau cekungan berbentuk mangkuk, dengan lebar 4 mil (6 km). Bagian dari kaldera diproyeksikan di atas air sebagai empat pulau kecil: Sertung (Verlaten) di barat laut, Lang dan Polish Hat di timur laut, dan Rakata di selatan. Selama bertahun-tahun, tiga kerucut baru terbentuk, bergabung menjadi satu pulau. Yang tertinggi dari tiga kerucut naik menjadi 2.667 kaki (813 meter) di atas permukaan laut. Karena terbentuknya pulau-pulau kecil itulah, Gunung Krakatau, juga dikenal sebagai pulau vulkanik.

Fakta-2: Erupsi 1883 Menjadi Salah Satu Erupsi Gunung Api Terbesar Sepanjang Sejarah

Sebelum terjadinya letusan yang maha dasyat pada tahun 1883, Krakatau terakhir diperkirakan meletus sekitar dua abad sebelumnya, pada tahun 1680, dan kebanyakan orang percaya bahwa Krakatau telah punah.

Namun pada Mei 1883, orang-orang melaporkan merasakan getaran dan mendengar ledakan, pertama di Jawa bagian barat dan kemudian di sisi lain Selat Sunda di Sumatera.

Dilansir dari history.com, sekitar jam 1 siang, pada tanggal 26 Agustus 1883, terjadilah ledakan vulkanik yang mengirim awan gas dan puing-puing sekitar 15 mil (24 km) ke udara di atas Perboewatan.

Ledakan tersebut menjadi yang pertama dari serangkaian ledakan yang semakin kuat selama 21 jam berikutnya. Puncak ledakan raksasa terjadi sekitar pukul 10 pagi pada tanggal 27 Agustus yang mendorong abu sekitar 50 mil (80 km) ke udara dan dapat terdengar hingga Perth, Australia, berjarak sekitar 2.800 mil (4,500 km). Ledakan ini dicatat sebagai salah satu erupsi terbesar sepanjang sejarah.

Akibat ledakan tersebut, sekitar 9 mil (14 km) persegi pulau itu, termasuk Perboewatan dan Danan, tenggelam di bawah air ke dalam kaldera hingga kedalaman sekitar 820 kaki (250 m) di bawah permukaan laut.

Letusan dahsyat Krakatau menewaskan lebih dari 36.000 orang. Ditambah puluhan ribu orang lagi tenggelam dalam serangkaian tsunami yang disebabkan oleh runtuhnya gunung berapi ke dalam kaldera, termasuk dinding air setinggi 120 kaki (36 m) yang terbentuk tepat setelah ledakan klimaks dan menyapu bersih 165 desa pesisir di Jawa dan Sumatra.

Sebagai bukti kekuatan dahsyat tsunami, air menenggelamkan kapal uap Berouw hampir satu mil (1,6 km) ke pedalaman Sumatra, menewaskan semua awaknya.

Laporan mulai datang dari kapal-kapal yang berlayar melalui jalur air yang sibuk, termasuk kapal perang Jerman Elizabeth, yang kaptennya melaporkan melihat awan abu di atas Krakatau yang membentang setinggi 6 mil. Keadaan mulai tenang pada akhir bulan, meskipun asap dan abu terus muncul dari kawah Perboewatan.

Fakta-3: Erupsi Gunung Krakatau Disebabkan Pergerakan Lempek Tektonik

Seperti semua letusan gunung berapi, letusan Krakatau dapat ditelusuri ke pergerakan lempeng tektonik yang membentuk kerak bumi, yang terus bergerak melawan satu sama lain di atas lapisan cair tebal, atau mantel, di bawahnya. Hal ini tidak terlepas dari posisi geologis Indonesia yang terletak di jantung zona subduksi, di mana Lempeng Indo-Australia bertabrakan dengan sebagian Lempeng Asia (Sumatera) saat bergerak ke utara.

Sebagai lempeng samudera yang lebih berat, Indo-Australia meluncur di bawah lempeng benua yang lebih ringan dan lebih tebal (Sumatera), dan batuan serta material lain yang meluncur bersamanya memanas saat menyelam di bawah permukaan bumi. Batuan cair (atau magma) dari bawah mengalir ke atas melalui saluran ini, membentuk gunung berapi.

Pada tahun 1883, masing-masing dari tiga puncak Krakatau yang berbeda digunakan sebagai rute keluar ruang magma yang sangat besar jauh di bawahnya. Analisis menunjukkan bahwa selama letusan sebelumnya, puing-puing menyumbat leher Perboewatan, dan tekanan kemudian menumpuk di bawah penyumbatan.

Setelah ledakan awal membelah ruang magma, dan gunung berapi mulai runtuh, air laut bersentuhan dengan lava panas, menciptakan bantalan uap panas eksplosif yang membawa aliran lava hingga 25 mil (40 km) dengan kecepatan hingga 62 mph (100 kph)

Fakta-4: Erupsi 1883 Membuat Bumi Gelap Selama Dua Hari

Erupsi Krakatau tahun 1883 tercatat memberikan dampak global yang luar biasa. Tak heran karena erupsi tersebut sempat membuat perubahan iklim global.

Dunia dibuatnya gelap dua setengah hari dikarenakan debu vulkanis yang menutupi atmosfer. Matahari bersinar redup sampai setahun berikutnya, dan hamburan debu pun tampak di langit Norwegia dan juga New York. 

Selain itu, menurut penelitian, akibat erupsi Krakatau tersebut, rata-rata suhu global mengalami penurunan selama beberapa tahun. Salah satu contohnya, terjadi peningkatan curah hujan di Los Angeles, Amerika Serikat, yang mencatat rekor curah hujan tahunan tertinggi di kota itu.

Fakta-5: Tahun 1930 Menjadi Tahun Lahirnya Sejarah Anak Gunung Krakatau

Setelah letusan 1883 tersebut, semua kehidupan di kelompok pulau Krakatau terkubur di bawah lapisan tebal abu steril, dan kehidupan tumbuhan dan hewan pun tidak mulai membangun kembali dirinya sendiri selama lima tahun.

Krakatau tenang sampai Desember 1927. Namun, 40 tahun setelah meletusnya Gunung Krakatau, muncullah Anak Gunung krakatau. Anak Gunung Krakatau ini ditemukan pada 29 Desember 1927 ketika sejumlah nelayan dari Jawa menyaksikan ada uap dan abu yang muncul dari kaldera. Setiap bulan tubuhnya bertambah tinggi sekitar 0,5 meter atau 6 meter per tahun. Krakatau kembali bangun setelah 44 tahun ‘tertidur’. Dari Data Dasar Gunung Api Indonesia (Badan Geologi, ESDM, 2011) disebutkan bahwa Anak Gunung Krakatau lahir pada tanggal 30 Januari 1930. Puncak dengan batuan basalt muncul ke permukaan air pertama kali pada 26 Januari 1928.

Baca Juga: Berwisata Dengan Tema Sejarah di Banten

Krakatau Tour

Sahabat explorer, itulah sekilas mengenai sejarah Anak Gunung Krakatau. Bagi kamu yang ingin melihat gunung ini secara langsung, kamu bisa cek Krakatau Day Trip yang kami persembahkan khusus untuk sahabat explorer! Kamu bisa memilih trip satu hari atau trip dengan menginap di hotel yang terdapat di kawasan Anyer.

Semoga artikel ini bermanfaat dan seperti biasa jangan lupa untuk menceritakan pengalaman unik traveling kalian di kolom komentar atau Guest Post Gratis YoExplore. Sampai bertemu lagi di tulisan berikutnya, selamat berlibur dan have a good day, explorer!

Tentang penulis

Admin YOEXPLORE

Admin YOEXPLORE

Selamat menikmati ragam berita dan cerita seputar traveling dan gaya hidup yang ditulis oleh tim admin YOEXPLORE.

Subscribe
Notify of
guest
0 Comments
Inline Feedbacks
View all comments

0
Would love your thoughts, please comment.x
()
x