YOEXPLORE, Tour Operator – Sahabat explorer, wabah COVID-19 memang sedang heboh-hebohnya di Indonesia. Banyak yang bertanya-tanya, apa sih beda virus dan bakteri? Virus yang sudah menjadi pandemi global ini korbannya terus bertambah di Indonesia, sahabat explorer. Tercatat sampai tanggal 19 Maret 2020, kasus coronavirus di RI melonjak dari 227 menjadi 309 kasus. Dan kasus terbanyaknya ada di Jakarta, sahabat explorer.
Oleh karena itu, pemerintah menghimbau kita untuk melakukan segala aktivitas di dalam rumah terlebih dahulu, jangan keluar kalau memang tidak sangat penting. Virus Covid-19 ini juga termasuk dalam keluarga Virus SARS dan juga MERS yang juga menghebohkan dunia. Namun, apa sih beda virus dan bakteri itu?
Beda Virus Dan Bakteri
Koordinator Penelitian Emerging Virus Research Unit di Eijkman, Sasana Frilasita menjelaskan, ada tiga hal yang paling utama untuk melihat beda virus dan bakteri, yaitu secara ukuran, struktur dan juga biologi. Bakteri adalah makhluk hidup. “Virus itu antara hidup dan mati, kalau ilmuwan menyebutnya seperti itu,” kata Sisi.
Baca Juga: Cara Mencegah Virus Corona Menurut WHO
Beda virus dan bakteri yang paling mudah terlihat adalah ukuran. Virus ukurannya lebih kecil, sahabat explorer, sehingga harus menggunakan mikroskop yang lebih canggih seperti mikroskop elektron untuk melihatnya. Virus tidak memiliki sel, dan juga antara hidup dan mati, serta membutuhkan sel inang untuk mereplikasinya. Jadi tidak seperti bakteri, virus itu bersifat parasit dan tidak bisa bereplikasi sendiri. “Dan yang paling penting kalau sakit, antibiotik itu hanya dapat membunuh bakteri saja tapi tidak dapat membunuh virus. Ini banyak yang salah, semoga ini dapat mencerahkan ya perbedaan antara virus dan bakteri” kata Sisi.
Sisi menegaskan, bahwa virus itu hanya dapat hidup dalam sel inang, sehingga tidak dapat hidup di luar sel. Kunci dari kesuksesan virus itu sendiri adalah struktur dan hidupnya yang gampang. Hal ini karena virus hanya terdiri dari sedikit material genetik berupa RNA atau DNA, tidak bisa keduanya, yang dibungkus dalam suatu kapsul protein.
“Nah, kebanyakan virus yang ukuran kecil dalam nanometer ini, ada juga sih yang besar, mereka tidak dapat hidup di luar sel inang dalam waktu yang lama,” kata Sisi. Dia juga menambahkan, “jadi, dia harus menjadi parasit dan hidup dalam sel tertentu baik di manusia ataupun di hewan untuk tetap hidup dan berkembang biak untuk kelangsungan hidup selanjutnya.”
Bakteri
Sedangkan, bakteri biasanya memiliki ukuran yang jauh lebih besar dan dapat dilihat dengan mudah melalui mikroskop cahaya. Juga dari segi sifatnya, bakteri bersifat uniselular dan secara biologis memang memiliki dinding sel ribosom dan dapat bereproduksi sendiri.
Termasuk Mikroorganisme
Lulusan dari Master of Biolomedical Science dari Monash University, Australia tersebut menambahkan, virus dan bakteri termasuk juga dalam mikroorganisme, lainnya ada fungi, algae dan protozoa. Sejarah virus juga berawal pada tahun 1883, seorang ahli mikro biologi yang bernama A. Mayer melakukan percobaan yang menyemprotkan ekstraksi daun tembakau sakit ke daun yang sehat, hasilnya daun tembakau sehat juga ikut sakit.
Sepuluh tahun kemudian, Dimitri Ivanovsky pada tahun 1892 juga menemukan bahwa daun tembakau yang sakit itu bukan disebabkan dari bakteri, karena filter bakterinya lolos ketika diuji di dalam lab. Ivanovsky melanjutkan, ternyata menemukan penyebabnya adalah makhluk yang lebih kecil dari bakteri.
Seratus tahun kemudian pada tahun 1987 M.W. Beijerinck menemukan bahwa ternyata penyakit tembakau itu memiliki jasad yang hidup yang akhirnya dinamakan virus. “Saat itu namanya contagium vivum, pertama kalinya frase yang digunakan untuk menggambarkan virus itu sendiri,” tambah Sisi.