YOEXPLORE, Tour Operator – Sahabat explorer, apa kamu tahu fakta penyembuhan COVID-19? Sampai sekarang ini kita masih terus berjuang untuk melawan penyebaran dari coronavirus atau Covid-19. Pemerintah beserta jajarannya juga sudah menyetujui untuk mengambil langkah PSBB di DKI Jakarta dan juga beberapa wilayah di Jawa Barat seperti Kota Depok, Kota Bogor, dan Kota Bekasi.
Namun untuk tiga wilayah yang terakhir baru mulai berlaku pada 15 April 2020. Jika berbicara mengenai coronavirus, ternyata fakta penyembuhan COVID-19 ini cukup tinggi, sahabat explorer.
Fakta Penyembuhan Covid-19
Per 12 April 2020 kemarin, secara global terdapat 1.786.769 pasien terinfeksi virus corona. Sebanyak 109.275 orang dinyatakan meninggal dunia, dan 405.726 orang dinyatakan sembuh. Sangat jelas, bahwa angka kesembuhan jauh lebih besar dibandingkan dengan angka kematiannya, sahabat explorer.
Menurut Tom Duszynski, Direktur dari Epidemiology Education di Indiana University-Purdue University Indianapolis menuturkan “Jika semuanya berjalan dengan baik, sistem imun Anda akan membunuh semua virus dalam tubuh”. Namun sampai saat ini, masih belum jelas juga berapa total orang yang sembuh dari Covid-19 asimptomatik (tanpa gejala). Masih belum jelas juga berapa lama penyembuhannya dan berapa lama mereka harus mengisolasi diri.
Angka Kesembuhan
Salah satu fakta penyembuhan COVID-19 adalah angka kesembuhan. Walaupun sampai sekarang sudah terdapat 400.000 orang lebih yang dinyatakan sembuh, para peneliti di John Hopkins University yakin bahwa angka aslinya jauh lebih besar lagi. Masih banyak negara yang tidak memiliki angka pasti mengenai covid-19 baik yang terinfeksi, asimptomatik, sembuh, maupun juga yang meninggal. “Angka kesembuhan di luar China misalnya, hanya berdasarkan informasi dari media lokal dan secara substansial lebih rendah dibanding angka aslinya”, menurut Douglas Donovan, jubir John Hopkins University kepada CNN.
Melansir dari Science Alert pada tanggal 13 April 2020, bahwa yang berkaitan dengan kesiapsiagaan tes massal, para peneliti meyakini bahwa orang yang memiliki gejala ringan atau asimptomatik tidak masuk ke dalam hitungan. Maksudnya adalah, bahwa orang yang asimptomatik tidak termasuk dalam hitungan kasus sembuh. “Mengetahui angka kesembuhan yang sebenarnya akan sangat penting untuk mendapatkan model dan perhitungan kapan pandemi akan memuncak dan mereda” tutur Dr Bala Hota, Professor of Infectious Diseases sekaligus Associate Chief Medical Officer di Rush University Medical Centre, Chicago.
Hota menambahkan, banyak pasien yang sembuh masih merasakan batuk ringan dan juga merasa lelah. Rasa lelah tersebut bahkan masih dirasakan pasien walaupun sudah dinyatakan benar-benar sembuh. “Butuh waktu sekitar enam minggu untuk penyembuhan penyakit ini,” kata Dr Mike Ryan, Executive Director Health Emergencies Program dari WHO. Namun, untuk pasien dengan gejala berat, membutuhkan waktu yang lebih lama yaitu dalam hitungan bulan.
Prosesnya juga berbeda lagi pasien yang memang menggunakan ventilator (alat bantu pernapasan). “Ventilator biasanya digunakan oleh pasien selama beberapa minggu,” tutur Dr J Randall Curtis, profesor dari University of Washington Harborview Medical Centre, melalui US News & World Report. Setelah lepas dari ventilator, pasien biasanya tinggal di ICU selama beberapa hari sebelum kembali ke dalam kamar reguler selama beberapa hari lagi atau beberapa minggu.
Kerusakan Terhadap Organ
Fakta penyembuhan COVID-19 selanjutnya adalah kerusakan terhadap organ. Dr Shu-Yuan Xiao, profesor patologi dari University of Chicago School of Medicine, menuturkan kepada ABC News bahwa pasien dengan gejala ringan Covid-19 tidak akan mengalami efek atau kerusakan pada organnya. Namun, berbeda dengan pasien yang mengalami gejala yang berat. Hong Kong Hospital Authority melaporkan pada Maret lalu, dari 12 pasien yang sembuh dari Covid-19, 2-3 orang mengalami pengurangan fungsi paru-paru. Dua sampai tiga pasien tersebut mengalami sesak nafas saat berjalan kaki. Setelah dicek, hasil rontgen menunjukkan terdapat kerusakan pada paru-paru mereka.
Para ahli tersebut meyakini, bahwa Covid-19 ini bisa menyebabkan kerusakan pada paru jika sebelumnya pasien memang pernah mengidap Pneumonia. Jika pasien mengalami Acute Respiratory Distress Syndrome (ARDS), kerusakan bisa terjadi pada lapisan luar paru. Xiao juga mengatakan bahwa beberapa pasien Covid-19 yang kondisinya parah, mungkin fungsi parunya tidak akan kembali seperti semula.
Sahabat explorer, itulah beberapa fakta penyembuhan Covid-19 ini. Tetap waspada dan jangan panik. Jangan juga mudah percaya dengan informasi yang tidak jelas asal usulnya yang menyebutkan bahwa coronavirus dapat menyebabkan rusaknya fungsi paru-paru. Seperti yang dijelaskan di atas, bahwa ada beberapa alasan tertentu bagi pasien sembuh Covid-19 yang mengalami penurunan fungsi paru. ‘
Tetap #dirumahaja agar tidak terkena virus corona dan stay safe, explorer!